Ummah, Lia Khotifayul (2021) ANALISIS MAKNA KHAṬA’A DAN NASIYA DALAM AL-QUR’AN: Kajian Teori Al-Wujūh Wa Al-Naẓāir Perspektif Salwā Muḥammad al-‘Awwā. skripsi thesis, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar.
Text
SAMPUL DLL.pdf Download (1MB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (635kB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (749kB) |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (811kB) |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (420kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (484kB) |
Abstract
Penelitian ini mengkaji lafal khaṭa’a dan nasiya menggunakan teori al-wujūh wa al-naẓāir. Kajian ini penting dilakukan karena kedua lafal tersebut ada yang memiliki sebuah makna berbeda dengan hadis Nabi bahwa sebuah kesalahan dan kelupaan dilakukan atas dasar ketidaksengajaan. Kejanggalan makna tersebut tidak bisa dilekatkan dengan makna kebalikannya, yakni ‘ammada dan ẓakara. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitis dengan teori al-wujūh wa al-naẓā`ir rumusan Salwa Muhammad al-Awwā yang meliputi siyāq lughawī, ‘aṭifī, mawqīf, dan thaqafī. Analisisnya dimulai dari pengumpulan ayat yang mengandung lafal khaṭa’a, nasiya dalam al-Qur`an sebanyak 20 ayat untuk lafal khaṭa’a dan 37 ayat untuk lafal nasiya. Selanjutnya, dianalisis menggunakan teori al-wujūh wa al�naẓā`ir hingga berkesimpulan: pertama, berdasarkan siyāq lughawī (linguistic context) lafal khata`a yang jatuh setelah kāna dan kasaba bermakna dosa yang disengaja dan yang jatuh setelah ghafara bermakna doa. Sedangkan lafal nasiya yang bersambung dengan wawu dan fā` ‘aṭaf bermakna kelupaan yang disengaja. Kedua, berdasarkan siyāq ‘aṭifī (emotional context) lafal khaṭa’a memiliki persamaan makna dengan dhanbun, ithmun, dan junāḥu. Adapun penekanan maknanya, lafal dhanbun lebih sering digunakan sebagai dosa menentang Allah dan rasul-Nya, lafal ithmun lebih sering mengungkap dosa yang diharamkan, dan lafal junāḥu untuk menganggap sebuah dosa yang sebenarnya bukan dosa. Sedangkan lafal nasiya memiliki persamaan dengan sahwun, ghaflah, dan taẓhalu. Adapun penekanan maknanya, lafal sahwun bermakna lupa yang sampai melalaikan tujuan pokoknya, lafal ghaflah bermakna lupa karena sedikitnya waspada, dan lafal taẓhalu bermakna lupa yang disertai dengan kepanikan. Ketiga, berdasarkan siyāq mawqīf (situational context) lafal khaṭa’a dan nasiya memiliki berbagai derivasi. Dari derivasi tersebut, adakalanya memiliki makna sama ada juga yang berbeda. Keempat, berdasarkan siyāq thaqafī (cultural context) makna lain lafal khaṭa’a adalah bumi yang menginginkan turunnya hujan. Sedangkan makna lain dari lafal nasiya menurut ulama fikih adalah tidak terbebas dari pembebanan syariat, dan menurut ulama ushul fikih adalah tidak menggugurkan kewajiban atas pelaksanaannya.
Item Type: | Thesis (skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Al-wujūh, al-naẓāir, khaṭa’a, nasiya, siyāq |
Subjects: | Al-Qur’an dan Tafsir > Ulumul Qur`an |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT) |
Depositing User: | Ms perpus staiwar |
Date Deposited: | 30 Aug 2023 14:23 |
Last Modified: | 30 Aug 2023 14:23 |
URI: | http://repositori.staialanwar.ac.id/id/eprint/392 |
Actions (login required)
View Item |