Khoiron, Abdullah Faqih (2022) LAKNAT DALAM TAFSIR AL-MANĀR: Studi Terhadap QS. Al-Baqarah: 159, Hud: 18, dan Ali-Imran: 87. skripsi thesis, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar.
Text
1. HALAMAN AWAL.pdf Download (912kB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (450kB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (493kB) |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (640kB) |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (594kB) |
|
Text
BAB 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (401kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (404kB) |
Abstract
Dalam kehidupan sehari-hari Allah SWT memberikan nikmat kepada makhluknya. Namun dalam satu kondisi, nikmat yang diberikan Allah berubah menjadi laknat. Pada surat al-Baqarah ayat 159 menerangkan tentang orang-orang yang menyembunyikan ilmu. QS. Hud ayat 18 menjelaskan tentang tidak ada yang lebih zalim terhadap dirinya daripada orang-orang yang membuat-buat dusta lalu menyandangkan kepada Allah. Dan QS. Ali-Imran ayat 87 menjelaskan orang murtad setelah beriman kepada Allah dan Muhammad. Dari tiga ayat ini semuanya balasannya adalah ditimpakan laknat. Adapun laknat ditimpakan lantaran melanggar peraturan Allah dan rasul, dari ini memberi peringatan kepada manusia agar tidak terkena laknat. Atas dasar ini penulis memilih tema LAKNAT DALAM TAFSIR AL-MANĀR (Studi Terhadap QS Al-Baqarah: 159, Hud: 18, dan Ali-Imran: 87). Pemilihan al-Manār karya Rasyid Ridha adalah karena ketika menafsirkan al�Qur’an cenderung berbeda dalam menfasirkan al-Qur’an, lebih mengutamakan aspek rasionalitas dan peranan sosial. Penulis mengambil rumusan masalah: Bagaimana Rasyid Ridha menafsirkan ayat laknat dalam tafsir al-Manār QS. Al�Baqarah: 159, Hud: 18, dan al-Imran: 87? Jenis penelitian ini kualitatif dengan menggunakan metode maudhu’i (tematik). Dan penelitian ini menggunakan pendekatan teori adabi ijtima’i yakni sastra, sosial, dan budaya. Rasyid Ridha menafsirkan QS. al-Baqarah ayat 159 dengan melihat sabāb nuzūlnya, ayat ini kembali ke asal muasal konteks. Menafsirkan kata al-Kitāb merupakan isim jenis yang mencangkup semua kitab para Nabi. Terdapat perbedaan dalam menyifati kata “al-Kitmān”. Makna laknat dalam ayat ini, keharaman mendapatkan rahmat Allah, khusus bagi orang-orang yang beriman di dunia maupun akhirat. Penafsiran QS. Hud ayat 18 dengan orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah adalakanya dalam ucapannya, hukumnya, sifatnya, dan perbuatannya. Menafsirkan kata al-Iftirāa, sesuai dengan konteksnya. Kalimat laknat terjadi dari ucapan persaksian-persaksian dan di permulaan firman Allah. Makna laknat pada ayat ini, keluar dari samudra rahmat Allah. Penafsiran QS. Ali-Imran ayat 87 dengan laknat Allah adalah ibarat murka-Nya, laknat malaikat dan manusia adakalanya bermakna murka dan mendoakan laknat. Al-Raghib berkata “Laknat adalah tertolak, terjauhi atas jalan kemurkaan sebagai balasan siksa Allah di akhirat dan di dunia dapat menyebabkan terputusnya dari menerima rahmat, pertolongan-Nya”
Item Type: | Thesis (skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Rasyid Ridha, al-Manār, Laknat, Al-Baqarah: 159, Hud:18, dan Ali-Imran: 87 |
Subjects: | Al-Qur’an dan Tafsir > Tafsir Kontemporer |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT) |
Depositing User: | Ms perpus staiwar |
Date Deposited: | 18 Aug 2023 13:04 |
Last Modified: | 18 Aug 2023 13:04 |
URI: | http://repositori.staialanwar.ac.id/id/eprint/243 |
Actions (login required)
View Item |