MAKNA KATA ABADAN DAN KHALIDĪN DALAM ALQUR`AN PERSPEKTIF ANTISINONIMITAS BINT SYAṬI’

Azkannufus, Muhammad Sidqon (2024) MAKNA KATA ABADAN DAN KHALIDĪN DALAM ALQUR`AN PERSPEKTIF ANTISINONIMITAS BINT SYAṬI’. skripsi thesis, STAI Al-Anwar Sarang Rembang.

[img] Text
BAB I.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (762kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (931kB)
[img] Text
CURRICULUM VITAE.pdf

Download (710kB)
[img] Text
AZKAAAAA.pdf

Download (2MB)

Abstract

Skripsi ini mengkaji tentang lafal abadan dan khalidīn di dalam al-Qur`an. Kedua lafal tersebut ketika dilihat dari segi arti maka memiliki persamaan yakni “kekal”. Sebagaimana diketuhui penulis, al-Qur`an tidak mungkin menggunakan dua lafal yang sama dalam tujuan serta maksud yang sama, karena hal tersebut akan mengurangi kemukjizatan al-Qur`an dari segi bahasa. Sehingga tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kata abadan dan khalidīn dalam al-Qur`an. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang dirumuskan oleh Aisyah bint Syaṭi‟. Alasan penulis menggunakan teori bint Syaṭi‟ karena teori tersebut mampu menjadi pisau analisis pada penelitian ini. Sebagaimana ia menyatakan bahwa di dalam al-Qur`an tidak terdapat lafal yang bersinonimitas, disebabkan setiap lafal dalam al-Qur`an pasti mempunyai fungsi dan kegunaannya masing-masing, sehingga al-Qur`an tidak mungkin menggunakan dua lafal yang memiliki kesamaan makna. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan analisis deskriptif-analisis, penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kata abadan dan khalidīn merupakan dua kata yang tidak memiliki kesamaan arti yakni kekal, melainkan memiliki makna dan maksud tersendiri ketika digunakan dalam al-Qur`an, sebagai berikut: Pertama, kata abadan .memiliki makna dasar al-dahru yakni masa atau waktu yang terus menerus tidak mempunyai batas akhir dan kedudukan lafalnya sebagai al-dhorf al-zamān. Kedua, kata khalidīn memiliki makna dasar al-tsabatu yakni keadaan atau kondisi yang tidak akan pernah berubah dan kedudukan lafalnya sebagai khāl. Adapun ketika kata abadan dan khalidīn ketika diposisikan pada satu tempat pasti menceritakan tentang surga dan neraka yang mana kedua kata tersebut mengandung makna masing-masing sehingga dapat memperkuat pemaknaan dalam susunannya. Jadi khalidīn dalam ushlub tersebut bermakna keadaan atau kondisi yang tidak berubah sedangkan abadan bermakna waktu yang tidak ada batas akhir.

Item Type: Thesis (skripsi)
Subjects: Al-Qur’an dan Tafsir > Semantik
Divisions: Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT)
Depositing User: Muhammad sidqon azkannuufus
Date Deposited: 24 Aug 2024 18:17
Last Modified: 24 Aug 2024 18:17
URI: http://repositori.staialanwar.ac.id/id/eprint/1376

Actions (login required)

View Item View Item