METODE PENAFSIRAN SYAIKH NAWAWĪ AL-BANTANĪ DALAM TAFSIR MARĀH LABĪD DAN KH. BISRI MUSTOFA DALAM TAFSIR AL-IBRĪZ (Studi Komparatif)

Azis, Khoirudin (2017) METODE PENAFSIRAN SYAIKH NAWAWĪ AL-BANTANĪ DALAM TAFSIR MARĀH LABĪD DAN KH. BISRI MUSTOFA DALAM TAFSIR AL-IBRĪZ (Studi Komparatif). skripsi thesis, sekolah tinggi agama islam al anwar rembang.

	Text 1. Cover +++.pdf - Submitted Version Download (2MB)
	Text 2. Bab I.pdf - Submitted Version Download (597kB)
	Text 3. BAB III.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (816kB)
	Text 4. BAB IV.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (1MB)
	Text 5. BAB V.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (337kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf - Submitted Version Download (370kB)
	Text Biografi.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (131kB)
	Text lampiran kitab.pdf - Submitted Version Restricted to Repository staff only Download (1MB)

Abstract

Khoirudin Azis, (2017). NIM: 2013.01.01.184. Metode Penafsiran Syaikh Nawawī al-Bantanī dalam Tafsir Marāh Labīd dan KH. Bisri Mustofa dalam Tafsir al-Ibrīz (Studi Komparatif). Skripsi Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir STAI Al Anwar Sarang Rembang. Pembimbing: Abdul Wadud Kasful Humam, M. Hum. Kata Kunci : Metode, tafsir Marāh Labīd, tafsir al-Ibrīz, Komparatif. Penelitian yang berjudul Metode Penafsiran Syaikh Nawawī al-Bantanī dalam Tafsir Marāh Labīd dan KH. Bisri Mustofa dalam Tafsir al-Ibrīz (Studi Komparatif). Pemilihan judul ini dilatar belakangi tiga hal, meski sama-sama asal Indonesia penulis dua tafsir tersebut memiliki setting historis yang berbeda, Syaikh Nawawī al-Bantanī menghabiskan waktu hidupnya di Arab sedangkan KH. Bisri Mustofa menghabiskan waktu hidupnya di Indonesia, dan kedua tafsir tersebut lahir dengan jarak yang cukup lama yaitu 73 tahun, dan juga kedua tafsir tersebut ditulis pada daerah yang berbeda, tafsir Marāh Labīd ditulis di Arab sedangkan tafsir al-Ibrīz ditulis di Indonesia, selain itu bahasa yang digunakanpun juga berbeda, tafsir Marāh Labīd ditulis menggunakan bahasa Arab, tafsir al-Ibrīz ditulis menggunakan bahasa Jawa Arab pegon. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui metode yang digunakan, sisi persamaan dan perbedaan, kelebihan dan kekurangan metode penafsiran Syaikh Nawawī al-Bantanī dan KH. Bisri Mustofa. Penelitian ini menggunakan metode analisis-komparatif (analytical�comparative method). Hasil dari penelitian ini adalah Syaikh Nawawī al-Bantanī dan KH. Bisri Mustofa menafsirkan al-Qur`an dengan dua metode penafsiran yaitu ijmāli dan tahlīli. Syaikh Nawawī al-Bantanī lebih cenderung menggunakan metode tahlīli, KH. Bisri Mustofa cenderung pada metode ijmāli, Keduanya memadukan sumber ma’thūr dan ra’yi. Pada corak penafsiran, keduanya tidak menggunakan satu corak tafsir tertentu saja, mengkombinasikan beberapa corak penafsiran. Keduanya juga menggunakan kisah isrā’īliyat sebagai sumber penafsirannya. Kelebihan tafsir Marāh Labīd memberi informasi jumlah kalimat dan huruf surat, memberi makna ayat, makna lain ayat, menyimpulkan kembali penjelasan ayat, menggunakan dua metode. Kekurangannya adalah jarang mencantumkan kitab rujukkan, jarang menafsirkan ayat dengan ayat, jarang menjelaskan kualitas dan sanad hadis, pada ayat-ayat hukum terfokus pada madzhab Shāfi’i. Kelebihan tafsir al-Ibrīz yaitu memberikan makna perkata, penjelasan diletakkan di kolom khusus, pada ayat kauniyah sangat memperhatikan segi-segi pengalaman kehidupan nyata dan ilmu pengetahuan, menggunakan dua metode penafsiran. Kekurangan tafsir al-Ibrīz yaitu jarang menyebutkan sumber rujukan, dalam menafsirkan al-Qur`an jarang menggunakan ayat al-Qur`an dan hadis, jarang menyebutkan sanad dan perawi, sering mencantumkan isrā’īliyat tanpa melakukan kritik terhadap otentitas riwayat tersebut.

Actions (login required)

View Item