Afza, Muhammad Labib (2023) METODE PENAFSIRAN M QURAISH SHIHAB TERHADAP AYAT-AYAT MU‟JIZAT DALAM TAFSIR AL-MISBAH. skripsi thesis, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar.
Text
SAMPUL DLL.pdf Download (2MB) |
|
Text
BAB 1.pdf Download (827kB) |
|
Text
BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (925kB) |
|
Text
BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (702kB) |
|
Text
BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (1MB) |
|
Text
BAB 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (476kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (484kB) |
Abstract
Tulisan ini akan menyajikan uraian analisis metode penafsiran Quraish Shihab terhadap ayat-ayat mu‟jizat dalam tafsir al-Misbah. Tujuan kajian ini untuk menjelaskan bagaimana penafsiran Quraish Shihab dan metode yang digunakan terkait ayat-ayat yang menerangkan mu‟jizat Nabi dan rasul di era munculnya upaya rasionalisasi mu‟jizat dari beberapa tokoh khususnya mufasir. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang tergolong sebagai penelitian kepustakaan (library search) dengan metode deskriptif-analitis. Alat analisis dalam kajian ini menggunakan sebagian rumusan metodologi Islah Gusmian meliputi; bentuk penyajian, metode tafsir, nuansa tafsir dan pendekatan tafsir. fokus penelitian ini tertuju pada QS. al-Shu‟arā` [26] : 60-63 yang menerangkan mu‟jizat Nabi Musa berupa terbelahnya laut dan QS. al-Anbiyā` [21] : 68-70 yang menerangkan mu‟jizat tidak terbakarnya Nabi Ibrahim oleh api. Dari hasil pengkajian terhadap penafsiran kedua surat tersebut, peneliti berujung pada suatu kesimpulan bahwa Quraish Shihab memaknai keduanya sebagai peristiwa luar biasa tanpa dapat ditinjau dari hukum alam dan logika. Demikian ini ketika laut dalam QS. al-Shu‟arā` [26]: 63 ditafsirkan benar terbelah bahkan berjumlah 12 belahan sebagaimana jumlah suku bani Israel. Bukan dipahami surutnya laut setelah pasang. Selain itu juga Quraish Shihab memberikan penjelasan jika laut itu dulunya disebut laut merah sekarang disebut laut Qalzum yang terletak di dekat terusan Suez. Dan pada QS. al-Anbiyā` [21] : 69 disebutkan bahwa penyelamatan Nabi Ibrahim benar dengan mu‟jizat api yang menjadi dingin, dalam artian tidak lagi bersifat membakar meskipun dalam tafsirnya digambarkan api yang berkobar begitu besar sehingga diperlukan alat pelontar bernama manjaniq. Hal ini tidak diartikan penyelamatan Nabi Ibrahim dengan melakukan hijrah ke suatu daerah dengan dalih tidak ada kata yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim benar di jebloskan ke dalam kobaran api. Setelah melakukan analisis terhadap ayat-ayat mu‟jizat dalam tafsir al-Misbah ini, peneliti berujung pada suatu kesimpulan di mana penafsiran ayat mu‟jizat terbelahnya laut pada QS. Al-Shu‟arā` [26] : 60-63 menggunakan bentuk penyajian taḥlīlī. Metode tafsir dominan menggunakan metode interteks daripada metode pemikiran dengan analisis sosio-kultural dan analisis geografis. Nuansa penafsiran dominan bernuansa bahasa daripada nuansa psikologis. Pendekatan penafsiran tekstual dan kontekstual. Sedangkan metode penafsiran ayat mu‟jizat Nabi Ibrāhīm pada QS. al-Anbiyā` [21] : 68-70 menggunakan bentuk penyajian taḥlīlī. Metode tafsir dominan memakai Interteks daripada pemikiran dengan analisis bahasa. Nuansa penafsiran dominan bernuansa filsafat selain mengandung nuansa bahasa dan psikologis. dan pendekatan penafsiran memakai pendekatan tekstual dan kontekstual.
Item Type: | Thesis (skripsi) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Metode, M Quraish Shihab, ayat–ayat mu‟jizat |
Subjects: | Al-Qur’an dan Tafsir > Metode Tafsir Al-Qur’an dan Tafsir > Tafsir Nusantara |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin > Program Studi Ilmu Al Quran dan Tafsir (IAT) |
Depositing User: | Ms perpus staiwar |
Date Deposited: | 30 Aug 2023 14:29 |
Last Modified: | 30 Aug 2023 14:29 |
URI: | http://repositori.staialanwar.ac.id/id/eprint/421 |
Actions (login required)
View Item |