DIMENSI TASAWUF DALAM TAFSIR FAID AL-RAHMAN Maqom Riḍa dan S}abar dalam Pemikiran KH. Sholeh Darat

Tamami, Dliyaut (2022) DIMENSI TASAWUF DALAM TAFSIR FAID AL-RAHMAN Maqom Riḍa dan S}abar dalam Pemikiran KH. Sholeh Darat. skripsi thesis, Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar.

	Text SAMPUL.pdf Download (1MB)
	Text BAB 1.pdf Download (1MB)
	Text BAB 2.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)
	Text BAB 3.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)
	Text BAB 4.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)
	Text BAB 5.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (2MB)

Abstract

Dalam penyebaran Islam ke Nusantara, tasawuf tak bisa dilepaskan darinya. Di samping teori-teori lain tentang masuknya Islam ke Nusantara, pendekatan tasawuf sebagai media penyebaran Islam dinilai sebagai yang paling masuk akal pada saat itu, karena budaya dalam masyarakat Nusantara waktu itu adalah hanya orang-orang suci (kasta brahma) yang boleh berbicara tentang agama, yakni mereka yang tidak memikirkan kesenangan dan keuntungan duniawi. Memasuki era digital yang mana akses segala bentuk informasi menjadikan fitnah yang tersebar di seluruh tempat. Tidak hanya banyaknya fitnah, belakangan ujian berupa bencana juga kerap terjadi di berbagai wilayah, yang mana hal demikian merupakan wasilah Allah untuk menigkatkan derajat hambanya. Kiai Sholeh Darat menyebutkan bahwa bersabar dalam menghadapi cobaan memiliki tingkat keutamaan yang tinggi. Oleh sebab itu penting di sutuasi saat ini untuk menampakkan nilai-nilai tasawuf dalam kehidupan sehari-hari. Penulis berusaha memberikan penjelasan tentang kedua maqam tersebut dengan menjelaskan penafsiran Kiai Sholeh Darat dalam kitabnya, Faiḍ al-Rahmān Fī Tarjamah Tafsīr Kalam Malik al-Dayyān, dengan menggunakan pendekatan tafsir sufi ishāri dan penjelasannya menggunakan teori tafsir tahlili pada surat al-Baqarah ayat 155 dan 207. Dari penelitian ini dapat disimpulkan: 1) seorang yang menjual dirinya kepada Allah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mukmin yang berharap imbalan surga dan auliyā`yang mengharap imbalan riḍa dari Allah, 2) ketika Allah memberikan cobaan sejatinya untuk menampakkan mutiara akhlak manusia, sehingga terhiasi dengan sifat-sifat terpuji

Actions (login required)

View Item